Perpustakaan dan Ledakan Informasi Abad 21
Secara sepintas, jika kita membedah tentang perpustakaan, terutama perpustakaan di Indonesia, dapat dipastikan kita akan dihadapkan pada segudang problematika sarana dan prasarana dan kurangnya minat baca masyarakat kita. Dua core focus tersebut saat ini dapat diatasi dengan adanya kesadaran dari beberapa tokoh maupun komunitas yang giat dalam merangsang minat baca masyarakat. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kuantitas penerbitan buku sebagai salah satu media baca. Taman-taman bacaan hingga menjamurnya toko buku baik yang ada secara fisik maupun yang marak melalui media online menjadi salah satu indikasi positif meningkatnya minat baca masyarakat Indonesia. Lantas bagaimana dengan peran perpustakaan di tengah menggeliatnya industri perbukuan dan meningkatnya minat baca Indonesia?
Pada dekade perang dunia kedua, kita mengenal adanya ledakan informasi. Ketika Amerika Serikat kewalahan dalam mengelola informasi yang membludak sehingga melahirkan bidang ilmu informasi dan cabang-cabangnya, seperti ilmu perpustakaan dan ilmu kearsipan. Abad 21, yang dikenal sebagai era teknologi informasi karena kemunculan berbagai produk rekayasa teknologi untuk memenuhi keingintahuan masyarakat global dengan cara yang cepat dan efisien, ledakan informasi pun kembali terjadi. Kecanggihan dunia maya semakin membuat pola konsumsi informasi masyarakat kita meningkat tajam. Berbagai gadget atau perangkat keras diluncurkan untuk mempercepat dan mengefisienkan pengguna informasi. Kini, kita tak perlu lagi mencari toko buku karena cukup dengan sekali “klik” kita dapat langsung terhubung dengan toko buku secara online dan mencari buku yang kita inginkan. Begitu pula yang diterapkan jika kita tidak ingin bersusah payah ke perpustakaan. Penyebaran e-library akhir-akhir ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat, terutama akademisi, yang membutuhkan buku-buku dari suatu perpustakaan. Ada sisi positif, namun ada pula dampak negatif dari kecanggihan dunia maya, terutama bagi eksistensi perpustakaan real. Masalah-masalah yang dihadapi perpustakaan di abad 21 dapat dirangkum dalam beberapa point berikut:
- Ledakan pengetahuan dan informasi;
- Bertambahnya populasi pengguna;
- Masalah kualitas pelayanan perpustakaan;
- Masalah pengadaan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna;
- Masalah inflasi moneter.
Permasalahan tersebut tidak hanya dihadapi oleh perpustakaan umum, tetapi juga perpustakaan perguruan tinggi, termasuk pula perpustakaan milik Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. UGM, sebagai salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yang juga tengah memasuki fase sebagai universitas riset kelas dunia (World Class Research University), perlu juga meningkatkan kinerja perpustakaannya sebagai unit penunjang utama dalam penyediaan informasi terutama terkait bidang riset atau penelitian. Berbagai upaya tengah digencarkan dalam menunjang program universitas sebagai WCRU dengan fasilitas-fasilitas yang berjalan sesuai dengan standar internasional. Beberapa sumber informasi yang disuguhkan pun melalui proses penyaringan akademik agar kelak dapat menjadi sumber informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam berbagai penelitian.
Profil Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Perpustakaan UGM didirikan pada tanggal 1 Maret 1951, dan pada awal berdirinya berada di Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta. Perpustakaan UGM mengalami tiga kali pemugaran dan perpindahan tempat, yaitu:
- Tahun 1959, pindah ke gedung Pantja Dharma, di Jalan C. Simanjuntak, Sekip Unit V. Saat ini gedung perpustakaan tersebut difungsikan untuk Layanan Sirkulasi dan Hatta Corner.
- Tahun 1975, UGM membangun gedung perpustakaan baru di selatan Kantor Pusat Universitas.
- Tahun 2008, melalui SK Rektor No. 200/P/SK/HT/2008 tanggal 8 Mei 2008, pengelolaan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana menjadi satu dengan Perpustakaan Universitas.
Oleh karena perpindahan dan penambahan gedung, maka perpustakaan UGM memiliki tiga bangunan, yaitu:
- Gedung Unit 1 Bulaksumur yang difungsikan untuk kantor Administrasi Perpustakaan, pengolahan bahan pustaka, American Corner dan IDIS (Bank Dunia) Corner, ruang seminar, ruang belajar dan akses internet.
- Gedung Unit II Sekip, difungsikan sebagai layanan sirkulasi, keanggotaan, Sampoerna Corner, Hatta Corner, ruang belajar dan akses internet.
- Gedung Unit III Bulaksumur, difungsikan untuk layanan referensi dan silang layan, terbitan berkala, jurnal, koleksi tesis dan disertasi, karya-karya ilmiah, penelitian, pidato pengukuhan, ruang belajar dan akses internet.
Adapun visi dan misi perpustakaan UGM yaitu:
– Visi: memberikan layanan informasi global melalui akses lokal untuk mendukung penelitian
– Misi:
- Menjadikan perpustakaan berstandar internasional yang mendukung universitas penelitian;
- Menyediakan informasi yang berkualitas lewat berbagai format media dan penyediaan akses ke berbagai sumber informasi berskala internasional;
- Membangun sumber daya manusia berbudaya yang dapat mengelola dan memberikan pelayanan informasi secara profesional.
Tugas pokok perpustakaan UGM sesuai SK Rektor No. 205/P/SK/HT/2007, antara lain:
- Membuat perencanaan strategis kegiatan-kegiatan perpustakaan;
- Mengkooordinasi semua kegiatan pelayanan perpustakaan yang ada di lingkungan perguruan tinggi;
- Menjalin kerjasama dengan instansi terkait baik di dalam maupun di luar negeri dalam rangka menyelenggarakan pelayanan perpustakaan;
- Mengelola sumber-sumber informasi penunjang kegiatan akademik yang ada di lingkungan universitas;
- Melakukan pembinaan dan usaha pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari pustakawan dan pegawai perpustakaan
- Membuat laporan secara periodik kepada pimpinan UGM.
Berdasarkan laporan tahunan perpustakaan UGM, sampai dengan periode 1 Januari 2009, perpustakaan UGM didukung sumber daya manusia sebanyak 129 personil yang terdiri atas 114 PNS dan 12 honorer.
Data Pegawai Perpustakaan UGM Menurut Pendidikan
No
|
Pendidikan
|
PNS
|
Honorer
|
Jumlah
|
1.
|
SLTP&SLTA |
44
|
4
|
48
|
2.
|
Diploma Umum |
13
|
0
|
13
|
3.
|
Diploma Perpustakaan |
22
|
0
|
22
|
4.
|
S-1 Umum |
17
|
0
|
17
|
5.
|
S-1 Perpustakaan |
10
|
0
|
10
|
6.
|
S-2 |
18
|
1
|
19
|
|
Total |
124
|
5
|
129
|
Data Pustakawan UGM Tahun 2009
No.
|
Jabatan
|
Jumlah
|
Ketr.
|
1.
|
Pustakawan Pelaksana |
21
|
|
2.
|
Pustakawan Pelaksana Lanjutan |
23
|
|
3.
|
Pustakawan Penyelia |
19
|
|
4.
|
Pustakawan Pertama |
10
|
|
5.
|
Pustakawan Muda |
7
|
|
6.
|
Pustakawan Madya |
2
|
|
7.
|
Pustakawan Utama |
2
|
|
|
Total |
86
|
|
Jumlah 86 pustakawan tersebut 51 pustakawan diantaranya ditempatkan di Perpustakaan Fakultas dan pusat-pusat studi di lingkungan UGM.
Koleksi cetak yang dimiliki perpustakaan UGM
No.
|
Jenis Bahan Pustaka
|
2008
|
2009
|
Judul
|
Eks.
|
Judul
|
Eks.
|
1.
|
Buku Teks |
380.788
|
570.415
|
373.528
|
572.770
|
2.
|
Penerbitan Pemerintah |
7.382
|
11.704
|
7.488
|
11.720
|
3.
|
Laporan Penelitian |
45.392
|
52.126
|
45.665
|
52.547
|
4.
|
Skripsi |
80.730
|
87.093
|
83.327
|
90.137
|
5.
|
Tesis |
59.739
|
62.159
|
65.714
|
68.156
|
6.
|
Disertasi |
4.840
|
4.977
|
4.970
|
5.118
|
7.
|
Makalah Seminar |
6.400
|
6.400
|
6.858
|
6.889
|
8.
|
Jurnal&Majalah |
24.013
|
209.309
|
24.671
|
198.005
|
9.
|
Kliping |
7.046
|
7.079
|
7.478
|
7.507
|
|
Total |
570.983
|
959.188
|
619.659
|
1.012.849
|
Untuk koleksi non-cetak yaitu berupa CD Rom sejumlah 20.773 judul atau 21.295 keping.
Layanan yang dilakukan terbagi dalam tiga gedung, antara lain:
- Layanan Gedung Unit 1 Bulaksumur, yaitu American Corner, IDIS World Bank Corner, Pengolahan dan Perawatan Bahan Pustaka;
- Layanan Gedung Unit II Sekip, yaitu sirkulasi (peminjaman buku), layanan keanggotaan dan wifi, Sampoerna Corner, Hatta Corner;
- Layanan Gedung Unit III Bulaksumur, yaitu layanan referensi dan silang layan, layanan terbitan berkala dan jurnal, layanan Academic Resource Center, Dokumentasi dan Koleksi Karya Ilmiah, internet untuk mahasiswa.
Dari segi pengunjung, total pengunjung perpustakaan di lingkungan UGM sebesar 972.780 pengunjung. Syarat untuk menjadi anggota perpustakaan UGM yaitu:
- Civitas akademika UGM untuk mengaktifasi keanggotaan:
- Mengisi formulir yang tersedia;
- Menyerahkan pas foto ukuran 2×3 1 lembar;
- Menyerahkan fotokopi identitas diri:
– Mahasiswa UGM menggunakan KTM yang masih berlaku
– Dosen dan karyawan menggunakan KTP/kartu identitas yang masih berlaku
– Alumni UGM menggunakan kartu KAGAMA namun hanya terbatas baca di tempat dan berlaku untuk 3 bulan
- Pengguna di luar UGM, menggunakan Kartu Baca sehingga berhak menggunakan fasilitas koleksi perpustakaan untuk dibaca atau difotokopi, tetapi tidak dapat dibawa pulang.
- Membayar biaya administrasi
Jika kita melihat secara sepintas, perpustakaan UGM dapat dikategorikan perpustakaan yang cukup lengkap untuk ukuran perguruan tinggi negeri, dengan 18 perpustakaan fakultas, 13 perpustakaan jurusan, 7 perpustakaan magister, 1 perpustakaan lembaga dan 25 perpustakaan pusat studi. Meski demikian, keterbatasan dalam pelayanan maupun koleksi disadari masih ada. Oleh karena itu, perpustakaan UGM pun mengadakan program kerjasama, baik secara internal maupun eksternal, dalam cakupan nasional hingga internasional. Selain sebagai salah satu tugas pokok perpustakaan, program kerjasama juga sebagai bentuk kesadaran perpustakaan UGM akan keterbatasan kemampuannya sebagai penyedia sumber informasi, terutama untuk mendukung kinerja UGM sebagai universitas riset kelas dunia.
Program Jaringan dan Kerjasama Perpustakaan
- a. Makna Jaringan dan Kerjasama Perpustakaan
Seperti halnya manusia yang meskipun diciptakan paling sempurna oleh Tuhan Yang Maha Kuasa tetapi memiliki keterbatasan, perpustakaan pun memiliki keterbatasan baik keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana maupun sumber daya manusianya. Apalagi di era keterbukaan informasi yang memiliki efek tingkat konsumsi masyarakat akan informasi yang semakin meningkat tajam, peran perpustakaan sebagai media penyedia dan pengelola sumber informasi seharusnya semakin dimasifkan. Tanpa disadari, informasi yang menyebar di tengah masyarakat mengalir deras seolah tanpa saringan yang baik dan profesional. Selain itu, acapkali informasi tersebut mengesampingkan unsur ilmiah yang menjadi syarat mutlak sumber informasi yang akan menjadi konsumsi masyarakat akademik, terutama di lingkungan perguruan tinggi. Era teknologi informasi juga berimbas pada fakta semakin sempitnya dunia atau dengan kata lain dunia memasuki era globalisasi. Kita dapat mengakses banyak sumber informasi hingga ke luar negeri. Kondisi ini pun merupakan penyebab lain dari ledakan informasi dan jebolnya penyaring informasi sehingga informasi yang tersaring menjadi semakin kabur dari unsur ilmiah. Hal ini pun menjadi pendorong bagi kerjasama internasional dengan pihak-pihak berkompeten.
Perpustakaan sebagai pengelola sumber informasi seharusnya mampu menjawab tantangan untuk menjadi media penyaring informasi yang beredar luas dan akan menjadi konsumsi masyarakat akademik. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dan membentuk suatu jejaring penyedia sumber informasi riset, terutama dengan pihak-pihak yang kompeten dan profesional agar sumber informasi untuk kelangsungan riset dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menurut Pawit M. Yusup, kerjasama perpustakaan dapat dilakukan dalam pengadaan informasi dan sumber informasi, penyimpanan koleksi dan pelayanan sehingga dapat mengurangi keterbatasan sarana perpustakaan, menjaga keseimbangan koleksi dengan sarana dan meningkatkan kualitas pelayanan. Prinsip utama dari kerjasama adalah pelayanan maksimal dalam pemanfaatan sebanyak mungkin sumber informasi yang ada dengan biaya minimum.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dengan adanya program kerjasama perpustakaan antara lain:
- Menambah sumber informasi yang tersedia
- Memperluas aksesibilitas sumber-sumber informasi
- Mengurangi biaya
- Meningkatkan penyerapan sumber-sumber informasi
- b. Program Kerjasama Perpustakaan UGM
Program kerjasama yang dilakukan oleh perpustakaan UGM terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerjasama internal dan kerjasama eksternal.
- Kerjasama Internal, yaitu kerjasama antar perpustakaan di lingkungan UGM, yaitu perpustakaan pusat dan fakultas. Kerjasama ini berupa menyamakan satu layanan dengan satu kartu bagi civitas akademika. Selain itu penyatuan katalog online yang digunakan perpustakaan pusat dan fakultas. Namun, kerjasama ini tidak langsung tertuju kepada pengguna tapi melalui petugas perpustakaan. Jadi, jika pengguna ingin meminjam buku melalui program kerjasama ini harus melalui petugas perpustakaan yang nanti akan meminjamkan buku yang dibutuhkan pengguna. Bentuk kerjasama ini dapat juga disebut kerjasama peminjaman antar perpustakaan di tingkat lokal.
- Kerjasama Ekternal, yaitu kerjasama yang dilakukan dengan pihak-pihak di luar lingkungan UGM, terdiri dari:
- Kerjasama kepustakawanan, dapat berupa pelatihan, magang maupun bentuk kerjasama lainnya. Pelatihan yang dilakukan selain pusdokinfo, juga pelatihan insidental atas permintaan lembaga yang berminat. Selain tergabung dalam Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2N), perpustakaan UGM juga tergabung dalam Jogja Library For All (JLFA) yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Yogyakarta bersama dengan beberapa perguruan tinggi di Provinsi DIY, yaitu AMIK Kayani, UAD, UAJY, UKDW, UII, ISI, UNY, UMY, UPN, USD dan STPN. Cakupan JLFA juga hingga ke tinggal sekolah, dari SMA hingga SD. Dengan menjadi anggota dari JLFA dan memiliki kartu smart card jogjalib, pengguna dapat mengakses bahan-bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan yang tergabung dalam JLFA.
- Kerjasama antar lembaga, yaitu dengan perpustakaan di dalam maupun di luar negeri. Di tingkat ASEAN, perpustakaan UGM termasuk dalam AUNILO (ASEAN University Network Inter-Library Online) bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam. Dengan kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan tukar menukar informasi akademik secara digital lintas negara.
Secara umum, tidak ada persyaratan khusus dalam penyelenggaraan program kerjasama diatas. Dalam hal kesiapan sumber daya manusia (pustakawan) menghadapi kerjasama yang sudah mendunia, perpustakaan UGM kerapkali mengadakan magang bagi pustakawannya di perpustakaan-perpustakaan di luar negeri, seperti di Malaysia. Beberapa pustakawan juga sudah banyak yang menjadi pemakalah di tingkat nasional dan membuka beberapa diklat.
Kendala yang dihadapi perpustakaan UGM dalam menjalankan program kerjasama ini hanya berkisar pada masalah kebijakan pimpinan yang kerapkali berubah-ubah sehingga kesiapan menjadi kurang begitu maksimal.
Kesimpulan
Program kerjasama perpustakaan melalui berbagai jaringan, baik di tingkat lokal hingga di tingkat internasional merupakan salah satu upaya meningkatkan profesionalitas layanan dalam memenuhi kebutuhan akan informasi yang aktual dan memenuhi unsur ilmiah atau akademis. Meskipun perpustakaan tersebut dapat dikatakan lengkap dalam hal koleksi maupun prima dalam pelayanan, namun tetap saja akan ditemui keterbatasan-keterbatasan yang hanya dapat ditanggulangi melalui program kerjasama, apalagi dengan adanya ledakan informasi versi abad ke 21 yang lebih masif daripada yang terjadi pada dekade perang dunia ke dua. Harapannya, dengan adanya program kerjasama, perpustakaan sebagai pengelola bahan pustaka dan sumber informasi dapat juga menjadi penyaring atau filter yang kuat dan profesional sehingga koleksi yang dimiliki dapat menjadi penunjang utama, terutama dalam menciptakan iklim riset atau penelitian di berbagai perguruan tinggi, tidak hanya di UGM. Semoga.
Daftar Pustaka
Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, 1993, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
M. Yusup, Pawit, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, 2009, Jakarta: Bumi Aksara
Laporan Tahunan Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Tahun 2009
http://duniaperpustakaan.com/2010/05/09/jogja-library-for-all/
Interview dengan narasumber: Wahyu Supriyanto (Kabid. Database&Jaringan Perpustakaan UGM) pada Kamis, 29 Desember 2011 di Gedung Perpustakaan Unit 1 Bulaksumur, Yogyakarta.