Uniknya Bahasa

Beberapa hari ini saya tengah menikmati tugas menerjemahkan sebuah buku. Bukan buku sastra layaknya kawan-kawan saya terjemahkan. Tapi buku ilmiah terkait bidang ilmu yang tengah saya perdalam. Bagi sebagian besar mahasiswa, kecuali mahasiswa sastra inggris tentu saja, menganggap tugas menerjemahkan menjadi sesuatu yang “horor”. Buku ilmiah berbahasa indonesia saja harus beberapa kali dibaca agar paham maksud penulis, apalagi buku berbahasa lain.

Meskipun bahasa inggris hampir setiap waktu kita dengar, namun ternyata tidak dapat begitu saja dipukul rata penggunaannya, seperti juga bahasa indonesia. Ada bahasa komunikasi, ada bahasa tertulis. Ada yang formal, ada yang informal. Bahkan masing-masing bidang ilmu memiliki kosakatanya sendiri yang belum tentu semua orang tahu dan paham maksudnya. Sebagai contoh di bidang kearsipan, istilah archive lebih banyak dimaknai arsip statis atau arsip yang dikelola lembaga kearsipan, seperti ANRI. Namun ternyata, makna archive yang dimaksud buku yang sedang saya terjemahkan itu berbeda. Dalam buku Arranging and Describing Archives and Manuscripts, istilah arsip dimaknai sebagai dokumen tua, atau manuskrip, atw depo arsip (terjemahan lepas). Variasi makna sebuah kosakata menuntut kita untuk lebi cermat dalam menerjemahkan suatu buku atau artikel, apalagi jika keduanya berisfat ilmiah.

Pemahaman akan konteks kalimat atau paragraf yang sedang kita terjemahkan akan menjadi kunci penempatan makna kosakata yang tepat. Ilmu ini akan kita dapat jika kita bersedia menerjemahkan dengan cara manual. Perkembangan teknologi akhir-akhir ini mendorong tumbuhnya alat-alat terjemah otomatis, sebut saja translator elektronik maupun online yang sangat mudah ditemui. Ditambah dengan fasilitas dari google, yaitu google translate. Pekerjaan menerjemahkan menjadi semakin mudah dan tidak perlu waktu lama. Secara efektivitas waktu, penggunaan translator menjadi alternatif yang cukup banyak diminati, terutama di kalangan mahasiswa. Namun, dibalik kemudahan itu, tidak serta merta pekerjaan menerjemahkan menjadi semakin baik dan benar. Keterbatasan mesin translator dalam memahami konteks kalimat tidak dapat disetarakan dengan “perangkat lunak” yang dimiliki manusia. Hasil terjemahan translator dengan terjemahan manual akan terlihat jelas perbedaannya. Berikut saya berikan contoh sebuah paragraf dari buku yang sedang saya terjemahkan:

Paragraf asli:

Archival and manuscript repositories exist to preserve historical records and make them available for use. The subject of this manual is the internal operations which link those two goals. These operations involve accessioning, arranging and describing various sets of records. Arranging and describing are commonly joined under the rubric of processing. By making possible the use of records, processing givesmeaning to their acquisition and preservation. At the same time, processing is the key method by which archivists control and administer the records in their custody.

Terjemah translator:

Archival dan gudang-gudang naskah ada untuk menjaga catatan historis dan membuat mereka tersedia untuk menggunakan. Topik ini pedoman kemudian operasi dalam yang menghubungkan dua tujuan itu. Ini operasi-operasi melibatkan rekaman dalam urutan akuisisi, mengatur, dan mendeskripsikan bermacam-macam set-set rekaman . Mengatur dan mendeskripsikan biasa tergabung dalam rubrik pengolahan. Dengan membuat mungkin penggunaan rekaman, pengolahan memberi makna kepada mereka akuisisi-akuisisi dan pemeliharaan. Pada waktu yang sama, pengolahan adalah metode utama dengan mana pengendalian petugas arsip dan mengelola rekaman dalam mereka tahanan.

Terjemahan tanpa translator tapi masih menggunakan kamus (Kamus Oxford):

Keberadaan depo arsip dan manuskrip (naskah) bertujuan untuk melindungi dan menyediakan arsip agar dapat digunakan oleh pengguna. Untuk mencapai tujuan tersebut, depo melaksanakan kegiatan pengolahan, yang terdiri atas accessioning, penataan dan pendeskripsian beberapa jenis set arsip. Kegiatan pengolahan ini menjadi pendukung program akuisisi dan preservasi, serta menjadi cara bagi pengelola arsip untuk mengontrol dan mengelola arsip yang menjadi tanggung jawabnya.

Selain itu, ada satu hal yang menggelitik pemikiran saya ketika ada kawan yang menanyakan bahasa inggrisnya suatu slogan milik ANRI “Arsip sebagai Simbol Pemersatu Bangsa”. Dosen bahasa inggris saya sempat kesulitan memilih kosakata yang tepat. Saya kemudian berpikir, apakah jika kita bebicara di depan forum internasional, slogan berbahasa indonesia itu akan ditanyakan artinya apa adanya seperti kita menanyakan arti sebuah kalimat dalam bahasa inggris. Masyarakat internasional, terutama di forum-forum ilmiah, tentu tidak akan serta merta menanyakan arti ala kadarnya. Mereka akan menanyakan kandungan makna dari slogan itu. Apa makna arsip sebagai simbol pemersatu bangsa, bagi masyarakat Indonesia dan kaitannya dengan dunia internasional?Nah, itulah yang seharusnya kita jelaskan secara lebih terperinci.

Subhanallah… Tiada yang sia-sia dalam ciptaan Allah Swt. terutama bahasa. Jadi, jangan pernah minder manakala almamater kita adalah almamater budaya dan bahasa. Karena tanpa bahasa, secanggih apapun temuan sainstek, tidak akan dapat memberi manfaat bagi masyarakat banyak jika tidak melihat sisi bahasa dan budaya.

Wallahu’alam…

About Mujahidah 'Ilmiy

Berjuang, berdakwah dengan keilmuan Lihat semua pos milik Mujahidah 'Ilmiy

2 responses to “Uniknya Bahasa

  • mbojosouvenir

    Sedikit curhat, mungkin terdengar aneh. Saya asli Bima NTB, ketika saya menggunakan bahasa daerah saya, tidak sedikit teman saya yang bilang “Bahasa Planet, roaming dll” disatu sisi saya juga menghargai bahasa dan budaya. Tapi mengapa mereka selalu main2in bahasa saya ?! semoga semua manusia bisa menerima perbedaan, juga dalam bahasa, salam kenal. Kami tunggu kunjungannya di blog kami yah 🙂 hehehehe

    • Mujahidah 'Ilmiy

      kawan baik saya jg ada yg dari Bima. memng kerapkali saya senyum2 ktka mndengar dy telpon kluarga dg bahasa daerah Bima. kadng jg saya mlh tnya artiny apa. mgkn skedar bercanda tp klo dh klewatn jg kurg (peng)ajar(an) juga sih. sama halny bhsa saya, Jawa, jg tdk jarang dimain2kn pdhl tinggl di jawa jg. thanks atas komentarnya. 🙂

Tinggalkan komentar